Kamis, 22 Desember 2011

Parmin : Kumpulan Cerpen Jujur Prananto

 
Penulis                 : Jujur Prananto
Penerbit              : Kompas
Terbit                    : Februari 2002
Tebal Buku          : 174 halaman

               Satu  lagi sebuah karya menarik dari Jujur Prananto. Setelah menulis skenario untuk film anak – anak terlaris, Petualangan Sherina di tahun 1999 dan film remaja paling fenomenal Ada Apa Dengan Cinta ? di tahun 2001, Jujur meluncurkan sebuah buku yang berjudul Parmin. Parmin berisikan 16 cerpen karyanya yang pernah dimuat di harian Kompas.  Dalam cerpen – cerpennya Jujur selalu menggunakan bahasa – bahasa yang ringan dan cerita yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Salah satu cerpennya yang sangat terkenal adalah Parmin. Cerita Parmin sendiri pernah diangkat kedalam sebuah film televisi pada tahun 1994 dan baru – baru ini di buat versi baru pada tahun 2011. Parmin bercerita tentang seorang tukang kebun yang dituduh mencuri di rumah majikannya.
                Parmin senantiasa membantu keluarga majikannya dengan ramah dan senyum, walaupun terkadang di luar tugasnya sebagai tukang kebun. Namun senyum yang selalu terpancar dari wajah Parmin berangsur hilang menjelang sebuah perayaan yang diadakan di rumah majikannya. Parmin tetap membantu segala keperluan acara, termasuk mengantarkan pembantu majikannya untuk membeli es krim ke minimarket. Seusai acara, nyonya rumahnya bingung, karena amplop pemberian rekan kerja suaminya tiba – tiba menghilang. Seisi rumah telah dicarinya namun tetap tak ada. Kemudian ia melihat Parmin yang pulang tergesa – gesa, dengan menggenggam tas bututnya erat. Timbullah kecurigaan terhadap Parmin ditengah – tengah keluarga majikannya. Keesokan harinya, saat pulang ke rumah tanpa sadar Parmin dibuntuti oleh salah satu anak majikannya, Himan. Menyusuri jalanan ibukota, dari jalan raya hingga masuk ke gang – gang pekampungan. Sesampainya di depan rumah Parmin, masih dengan mengendap – endap Himan melihat sosok keluarga Parmin. Anak – anaknya menyambut Parmin dengan wajah sumringah, sambil masing – masing memegang gelas. Himan terkejut melihat apa yang dikeluarkan Parmin dari tasnya, sekresek es krim yang telah mencair. Dengan senyum kehangatan Parmin menuangkan es tersebut ke dalam gelas – gelas kecil, di sambut ucapan terima kasih dari anak – anaknya. Tergoncang hati Himan saat nama ayahnya terlontar dari bibir mungil anak – anak Parmin. Himan gontai. Ia tak tahu apa yang harus diutarakan kepada  keluarganya.

1 komentar: