Minggu, 27 November 2011

ME : The Next Indonesian President !!

Jika ditanya, apa yang akan saya lakukan jika saya menjadi seorang Presiden di negeri ini, tentu bukanlah perkara yang mudah untuk menata negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini. Hal pertama yang akan saya lakukan adalah memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia yang setiap tahun semakin bertambah rumit masalahnya. Perbaikan dilakukan dengan menggratiskan semua biaya pendidikan di semua jenjang. Untuk mahasiswa akan disediakan kartu kredit mahasiswa yang artinya selama mahasiswa menyelesaikan pendidikan, semua kebutuhan seperti biaya buku, penginapan, dll akan didapatkan dari pinjaman bank-bank daerah dan akan mencicilnya ketika telah menyelesaikan pendidikan dan telah bekerja. Sehingga mahasiswa tidak lagi bergantung pada orang tua.


Dalam bidang ekonomi, saya akan menambah anggaran untuk usaha kecil dan menengah. Dengan begitu, tidak akan terjadi kesenjangan sosial di masyarakat. Perbedaan pendapatan diantara semua profesi akan saya tetapkan  tidak terlalu jauh, profesor sampai petugas kebersihan bisa hidup layak dari gaji mereka, bila Dokter menggunakan mobil ke Rumah Sakit, maka begitu juga dengan para perawat. Menetapkan pajak yang tinggi, yang kemudian pajak tersebut untuk pembangunan usaha kecil dan menengah, sehingga yang terjadi adalah yang beperpendapatan tinggi membantu yang lainnya.
Untuk bidang kesehatan, saya akan menggratiskan semua biaya perawatan. Ruangan-ruangan dalam rumah sakit pun akan dibuat seragam, jadi tidak ada ruangan VIP, VVIP, dsb. Semua ruangan sama, tergantung kebutuhan pelayanannya.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang menakjubkan. Tidak ada salahnya jika dimanfaatkan untuk sektor pariwisata. Selama ini, di Indonesia banyak sekali tempat-tempat wisata yang menakjubkan, namun sarana dan prasarana yang tidak memadai menjadikan tempat-tempat wisata tersebut terbengkalai begitu saja tanpa terurus. Dengan adanya otonomi khusus yg diberikan di setiap provinsi, diharapkan mampu mendongkrak sektor pariwisata di daerahnya masing-masing. Kepala daerah akan dijadikan duta wisata bagi daerahnya, sehingga akan menambah pendapatan untuk daerahnya. Kurang lebih seperti itulah yang akan saya lakukan jika saya menjadi seorang Presiden di negeri ini.

Film Alangkah Lucunya ( Negeri Ini ), Potret Sesungguhnya Negeri Ini

“Bukan lautan hanya kolam susu.. Kail dan jala cukup menghidupimu.. Tiada topan tiada badai kau temui.. Ikan dan udang menghampiri dirimu..”
Kutipan lagu tersebut terasa bertolak belakang dengan Muluk (Reza Rahardian), seorang lulusan muda S1, yang hingga kini  masih mencari pekerjaan. Himpitan ekonomi keluarga dan keinginannya untuk dapat bersanding dengan gadis impian semakin membakar semangatnya untuk terus mencari pekerjaan. Namun naas, pekerjaan tak kunjung didapat. Dan hidupnya berubah setelah Ia bertemu dengan Komet.
Mereka bertemu saat Komet sedang melancarkan aksinya – mencopet. Muluk yang pada saat itu memergoki Komet membiarkannya lari. Pada pertemuan berikutnya, Komet membawa Muluk ke markasnya untuk bertemu dengan Jarot (Tio Pakusadewo), bos para pencopet. Muluk terkejut melihat banyak anak sebaya dengan Komet yang ternyata berprofesi sama. Dari situ timbullah niat Muluk untuk mengeluarkan anak-anak pencopet keluar dari lembah hitam. Muluk mengatakan pada Jarot bahwa Ia akan membantu mengelola keuangan tetapi dengan imbalan 10% dari penghasilan pencopet, sudah termasuk dengan pendidikan yang akan ia berikan kepada anak-anak pencopet.
Muluk tidak sendiri dalam mendidik anak-anak pencopet. Ia dibantu oleh kedua temannya yang juga sarjana, Samsul (Asrul Dahlan) dan Pipit (Ratu Bravia). Samsul mengajarkan tentang pentingnya pendidikan, dan Pipit mengajarkan keagamaan. Anak-anak pencopet diajari membaca, menulis, Pancasila, dan tak lupa mengaji dan sholat. Sembari diberi pendidikan, anak-anak pencopet tetap melancarkan aksinya. Dari hasil mencopet itu pula rupiah mengalir ke pundi-pundi Muluk.
Sudah banyak suka duka yang mereka lalui bersama. Bagaimana mengajari mereka untuk menulis, membaca, sholat, hingga memelihara kebersihan diri. Anak-anak pencopet juga semakin cerdas dan terhindar dari bahaya yang dapat menngancam mereka sewaktu-waktu. Namun semuanya serasa berakhir saat Ayah Muluk (Deddy Mizwar), Ayah Pipit (Slamet Rahardjo), dan Ayah dari gadis impian muluk (Jaja Mihardja) datang saat Muluk dan anak-anak pencopet sedang merayakan berakhirnya hidup mereka sebagai pencopet. Ayah Muluk merasakan kejanggalan pada profesi anaknya. Apa yang Ia lihat sangat jauh dari bayangannya tentang pekerjaan yang diceritakan oleh anaknya.
Sejak kejadian itu Muluk menyudahi semuanya. Ia menyerahkan sepenuhnya, termasuk kotak asongan yang telah ia buat kepada Jarot dan anak-anak pencopet. Ia kembali ke kehidupannya semula, begitu juga dengan anak pencopet. Ada yang beralih menjadi pedagang asongan, namun ada juga yang tetap berprofesi sebagai pencopet. Namun nasib, setiap niat baik selalu ada saja halangannya. Anak-anak pencopet yang kini beralih menjadi pedagang asongan malah hampir tertangkap oleh Satpol PP. Untung ada Muluk yang membebaskan mereka. Muluk merasa masih memiliki tanggung jawab terhadap mantan anak didiknya. Dia bersedia menggantikan Komet dan kawan-kawan diangkut ke pihak berwenang. Dengan air mata, anak-anak pencopet melepas kepergian Muluk bersama para Satuan Polisi Pamong Praja.

Sabtu, 05 November 2011

Review - Novel Laskar Pelangi


Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya

Itulah sebaris  lirik lagu yang dibawakan oleh band Nidji dalam film Laskar Pelangi. Andrea Hirata seorang penulis asal Pulau Belitong yang kini bernama Provinsi Bangka Belitung melahirkan sebuah novel berjudul Laskar Pelangi yang dikemas apik tentang kehidupan anak-anak di pulau tersebut. Laskar Pelangi sendiri diambil dari sekumpulan anak-anak dari sekolah Muhammadiyah yang pada saat itu merupakan sekolah termiskin di Pulau Belitong.


Novel ini menceritakan seorang anak bernama Ikal yang melalui masa-masa pendidikan di Sekolah Muhammadiyah. Cerita tersebut bermula dari Ikal yang memasuki hari pertama masuk Sekolah Dasar. Hari pertama tersebut juga merupakan hari penentuan apakah Sekolah Muhammadiyah untuk seterusnya dibuka atau tidak apabila tidak memenuhi jatah kuota 10 siswa. Memang kehidupan yang keras di Pulau Belitong membuat orang-orang lebih memilih agar anaknya kelak menjadi buruh kuli timah atau kuli ngambat perahu yang memuat ikan-ikan. Karena kerasnya kehidupan tersebut untuk mendapatkan 10 siswa saja sangat susah.
Hari pertama tersebut sudah berdiri 9 siswa, yaitu Ikal, Lintang, Mahar, Syahdan, Sahara, Kucai, Trapani, Samson, dan A Kiong bersama orang tua masing-masing. Hanya kurang satu siswa saja untuk membuat Sekolah Muhammadiyah tetap dibuka.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10:55, kurang lima menit lagi penentuan tersebut, namun tak kunjung terlihat satu siswa tambahan. Keringat sudah mengucur dari dahi sembilan calon siswa tersebut. Sudah terlihat wajah kekecewaan bahwa hari ini mereka tidak jadi merasakan yang namanya bangku pendidikan dan melewatkan hari-hari berikutnya bersama pekerjaan kasar nan memilukan.
Jam sudah menunjukkan pukul 11, waktunya Pak Harfan selaku Kepala Sekolah Muhammadiyah mengumumkan penutupan sekolah tersebut. Dengan langkah yang berat Pak Harfan naik mimbar podium untuk mengumumkan kepada seluruh hadirin bahwa Sekolah Muhammaddiyah akan ditutup untuk selamanya. Namun tak dapat dinyana, dari kejauhan terlihat seseorang yang dengan langkah terseot-seot namun penuh semangat datang ke arah Sekolah Muhammadiyah.
"Haruuunnn....." teriak Sahara yang merupakan satu-satunya calon siswa perempuan.
Dengan wajah yang tampak cerah sekali, Harun menghampiri Pak Harfan dan berkata, "Pak, saya ingin sekolah..." ucap Harun sambil terbata-bata. Harun memang terbelakang dalam hal mental, namun itu tak menjadi soal agar siswa di Sekolah Muhammadiyah genap menjadi 10 siswa. Senyum kembali merekah di wajah Pak Harfan untuk mengumumkan bahwa Sekolah Muhammdiyah tetap dibuka.
Cerita pun berlanjut dengan sistem pengajaran di Sekolah Muhammadiyah dengan segala keterbatasannya, bagaimana 10 siswa tersebut bisa membuat nama Sekolah Muhammadiyah menjadi terkenal lewat teaterikalnya, dan aksi-aksi menegangkan dalam menemukan seorang anak yang menghilang bernama Flo. Bagaimana cerita kelanjutannya? Ada baiknya anda membaca novel ini.
Novel ini berlatarbelakang Pulau Belitung yang dahulu timah merupakan urat nadi perekonomian di pulau tersebut. Dari hasil tambang itulah berdiri bangunan-bangunan bertekstur Eropa. Berdiri fasilitas-fasilitas yang pada saat itu hanya orang yang mempunyai HAK yang bisa menikmatinya. Namun semua kemewahan itu harus lenyap saat harga timah turun drastis.